Suicide Squad ISEKAI Resmi Tayang 2025: Aksi Gila Joker dan Harley Quinn di Dunia Fantasi Penuh Kekacauan!
Penulis: Roneki Media
Updated Tanggal: 14 Oktober 2025
Inilah yang ditawarkan oleh “Suicide Squad ISEKAI”, proyek anime terbaru hasil kolaborasi epik antara Warner Bros. Japan dan Wit Studio, rumah animasi di balik Attack on Titan dan Vinland Saga.
Dunia Gila Bertemu Dunia Fantasi
Bayangkan Joker, si badut kejahatan paling karismatik dari Gotham, terlempar ke dunia isekai penuh naga, sihir, dan kerajaan yang siap hancur kapan saja, Kedengarannya seperti mimpi buruk bagi penduduk dunia itu atau justru mimpi indah bagi penonton yang haus akan kekacauan.
Anime ini bukan sekadar adaptasi superhero biasa, Ia adalah eksperimen berani: memindahkan para penjahat DC Comics ke dunia fantasi Jepang yang penuh absurditas, Tahun 2025 menjadi saksi lahirnya dunia baru di mana logika Amerika bertabrakan dengan imajinasi Jepang dan hasilnya, tentu saja, gila total.
Konsep dan Dunia Cerita: Ketika Gotham Menjadi Isekai
Proyek ini bermula dari ide sederhana tapi jenius: “Bagaimana jika para anggota Suicide Squad dikirim ke dunia isekai?”
Dalam cerita, sebuah misi berujung kacau menyebabkan Joker, Harley Quinn, Deadshot, Peacemaker, dan King Shark terhisap ke portal misterius yang membuka jalan menuju dunia lain penuh monster, sihir, dan kerajaan yang berperang tanpa akhir.
Namun, berbeda dari dunia Gotham yang gelap dan dingin, dunia baru ini justru penuh warna, Di sini, Harley bisa mengayunkan palu raksasanya melawan naga, Deadshot membidik penyihir, dan Joker… ya, Joker menjadi dewa kekacauan sejati.
Wit Studio dengan piawai menggabungkan elemen fantasi Jepang (seperti kastil mengapung, kota magis, dan senjata mistik) dengan gaya sinematografi ala komik DC yang penuh ledakan dan keanehan.
Hasilnya adalah dunia visual yang tidak hanya megah, tapi juga terasa “berbahaya” seolah penonton sedang menonton pesta gila yang bisa meledak kapan saja.
Gaya Visual dan Animasi: Wit Studio Lepas Kendali
Jika kamu mengenal karya Wit Studio, kamu tahu mereka jarang bermain aman. Dalam Suicide Squad ISEKAI, mereka tampak benar-benar bersenang-senang, Setiap frame terasa seperti lukisan yang meledak dalam warna dan energi.
Desain karakter Joker dan Harley Quinn kini tampil lebih “animefied”. Joker, dengan jas ungu flamboyannya, kini memiliki ekspresi hiperaktif khas karakter shounen, Matanya bersinar seperti iblis, sementara senyumnya… lebih menyeramkan daripada versi live-action mana pun.
Harley Quinn, di sisi lain, tampil lebih dinamis dan ekspresif, Palu ikoniknya kini bisa berubah bentuk lewat sihir kadang menjadi senjata, kadang menjadi alat komedi yang bisa meninju naga.
Wit Studio juga menyelipkan sentuhan visual khas anime isekai: efek cahaya berlebihan, transisi sihir bergaya RPG, dan dunia yang berlapis-lapis,
Semua itu membuatnya tidak sekadar adaptasi DC, tapi juga penghormatan terhadap estetika anime Jepang modern.
Tak hanya itu, adegan aksinya benar-benar menggila, Bayangkan Joker melawan naga sambil tertawa, Harley meluncur di udara dengan sihir warna pink, dan Peacemaker menembak mantra magis.
Kombinasi western chaos dan Japanese fantasy menciptakan sesuatu yang benar-benar baru: genre campuran antara superhero, isekai, dan komedi hitam.
Karakter dan Pemeran: Parade Kegilaan dari Dunia DC
Setiap anggota Suicide Squad punya peran penting di dunia baru ini, dan karakter mereka dirombak agar cocok dengan nuansa isekai.
Joker menjadi pusat perhatian utama, Dalam dunia tanpa Batman, Joker menjadi arsitek kekacauan sejati. Ia melihat dunia fantasi sebagai kanvas baru untuk eksperimen gilanya.
Alih-alih terjebak dalam ide kriminal klasik, Joker kini bermain sebagai “dewa kelucuan dan kehancuran”. Dialognya penuh humor gelap dan absurditas khas anime antihero yang terlalu menikmati kebebasannya.
Harley Quinn, tentu saja, menjadi bintang kedua yang tak kalah mencolok, Dalam versi ini, ia lebih bebas, lebih emosional, dan lebih manusiawi, Anime ini menggali sisi dalam Harley: rasa kesepiannya, kegilaannya, dan cintanya pada Joker yang kadang manis, kadang beracun.
Namun berbeda dari versi film, Harley di sini tidak hanya jadi pelengkap Joker, melainkan karakter utama sejati dengan perkembangan emosional yang kuat.
Deadshot hadir sebagai penyeimbang, Ia adalah satu-satunya yang berusaha bertahan hidup dan menjaga kelompok ini agar tidak hancur total, Namun, bahkan ia tak bisa sepenuhnya lepas dari absurditas dunia baru yang penuh sihir dan monster.
King Shark dan Peacemaker menjadi pelengkap humor, King Shark kini bisa berbicara dengan monster laut magis (karena, tentu saja, ini dunia isekai), sementara Peacemaker justru jadi pahlawan yang dianggap suci oleh penduduk dunia ironis, mengingat obsesinya terhadap perdamaian lewat kekerasan.
Produksi Musik dan Komposer: Ketika Kekacauan Punya Irama
Bagian ini adalah permata tersembunyi dari Suicide Squad ISEKAI. Musiknya digarap dengan keseriusan yang mengejutkan.
Warner Bros. Japan menunjuk Hiroyuki Sawano, komposer di balik Attack on Titan dan Blue Exorcist, untuk menciptakan suasana musik yang menggambarkan benturan antara dua dunia: Gotham dan dunia sihir.
Sawano berhasil menciptakan soundtrack yang liar tapi elegan. Irama orkestral berat berpadu dengan beat elektronik, seolah sedang mempertemukan Joker dan naga dalam satu simfoni kekacauan.
Setiap adegan pertarungan punya “lagu tema” sendiri kadang heroik, kadang absurd, Bahkan tawa Joker memiliki leitmotif musiknya sendiri, dimainkan dengan nada minor untuk mempertegas nuansa kegilaan.
Tema pembuka (opening theme) dikabarkan dinyanyikan oleh LiSA, sementara ending-nya oleh Eve, dua nama besar di dunia J-Pop.
LiSA menghadirkan semangat “pemberontakan” khas anime aksi, sedangkan Eve menutup setiap episode dengan nuansa misterius yang menggantung seolah dunia isekai ini belum selesai mempermainkan para tokohnya.
Dampak Global dan Popularitas Internasional
Begitu trailer resminya dirilis di awal 2025, Suicide Squad ISEKAI langsung meledak di media sosial.
Hashtag #SuicideSquadISEKAI sempat trending di Twitter Jepang, Amerika, dan Indonesia secara bersamaan,
Fans anime menyambutnya sebagai kolaborasi impian, sementara penggemar DC menganggapnya eksperimen berani yang bisa menyelamatkan citra Suicide Squad setelah versi filmnya mendapat respon campur aduk.
Menariknya, anime ini juga membuka jalur diplomatik budaya baru antara industri hiburan Jepang dan Hollywood.
DC, yang biasanya bermain aman dengan adaptasi live-action, kini membiarkan tim Jepang melakukan “segala kegilaan” yang tidak mungkin muncul di film.
Hasilnya? Konten yang tidak hanya menghibur, tapi juga viral lintas komunitas.
Netflix dan Crunchyroll bahkan dilaporkan bersaing untuk mendapatkan lisensi penayangannya, Jika benar, Suicide Squad ISEKAI bisa menjadi anime crossover paling berpengaruh di dekade ini, setara dengan fenomena Cyberpunk: Edgerunners yang membawa franchise game menjadi hits global.
Tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai “pintu masuk bagi penggemar barat ke dunia anime isekai”, karena kombinasi karakter DC yang familiar dengan gaya animasi Jepang membuatnya mudah diakses oleh dua kubu sekaligus.
Reaksi Penggemar: Antara Kagum dan Tak Percaya
Reaksi fans? Campur aduk tapi penuh gairah.
Sebagian besar menganggap proyek ini adalah bukti bahwa anime tak lagi punya batas. Joker yang bertarung dengan naga? Harley Quinn menggunakan sihir cinta? Peacemaker menjadi ksatria yang disembah? Semua terdengar absurd, tapi justru itu yang membuatnya menakjubkan.
Forum anime di Reddit, MyAnimeList, dan Twitter dipenuhi teori gila tentang kemungkinan munculnya karakter DC lain seperti Batman, Catwoman, atau bahkan Superman versi isekai.
Sementara itu, komunitas cosplay sudah bersiap dengan desain kostum baru Harley versi dunia sihir palu besar, rok ajaib, dan sepatu platform berkilau.
Namun ada juga fans lama DC yang skeptis, khawatir anime ini “terlalu jauh dari sumber aslinya.”
Tapi justru itulah esensi isekai: mengubah, memutarbalikkan, dan menghidupkan kembali karakter dengan cara yang belum pernah dibayangkan, Wit Studio dan Warner Bros, Japan tampaknya tahu apa yang mereka lakukan mereka tidak ingin mengulang versi lama, tapi menciptakan sesuatu yang benar-benar segar.
Filosofi Gila di Balik Cerita: Ketika Chaos Menjadi Seni
Banyak yang mengira Suicide Squad ISEKAI hanyalah tontonan penuh ledakan dan tawa histeris, tapi di balik kekacauan itu, tersimpan lapisan filosofi menarik.
Wit Studio menanamkan ide bahwa “kegilaan bisa menjadi bentuk kebebasan.” Joker dan Harley bukan sekadar villain; mereka adalah simbol individu yang menolak tatanan dunia bahkan di dunia baru sekalipun.
Dalam banyak anime isekai, protagonis biasanya adalah “orang baik” yang mati di dunia nyata lalu bereinkarnasi untuk memperbaiki takdirnya, Tapi Suicide Squad ISEKAI membalik tradisi itu:
Yang masuk ke dunia baru bukan pahlawan, melainkan penjahat paling rusak, dan justru mereka yang paling “hidup” di dunia penuh keajaiban ini.
Wit Studio dengan cerdik menjadikan tema “kejahatan” bukan sekadar pelabelan moral, tapi pertanyaan filosofis:
- Apakah Joker tetap jahat jika dunia ini tidak mengenal hukum?
Apakah Harley tetap gila, atau justru paling waras karena ia menerima kegilaan itu dengan tawa? - Anime ini seolah mengajak penonton untuk tertawa bersama kekacauan, bukan melawannya Dan itulah yang membuatnya terasa seperti parodi eksistensial dalam balutan aksi brutal dan warna neon.
Kolaborasi Jepang sampai Amerika: Tonggak Baru Industri Hiburan Global
Tak banyak proyek yang bisa menyatukan dua dunia seperti ini,
Kolaborasi antara Warner Bros, Japan dan Wit Studio menjadi titik temu menarik antara komik superhero Amerika dan narasi fantasi Jepang.
Dalam wawancara di Anime Expo 2025, produser eksekutif Kazuki Takahashi menyebut bahwa Suicide Squad ISEKAI adalah “eksperimen budaya yang disamarkan sebagai hiburan.”
Sementara pihak DC menyebutnya sebagai “proyek paling berani dalam sejarah animasi Warner.”
Kedua tim bekerja lintas benua dengan jadwal padat, Penulisan naskah dilakukan di Los Angeles dan Tokyo secara bergantian, sementara proses animasi penuh dikerjakan di Jepang.
Setiap episode melibatkan seniman desain dari dua tradisi seni yang berbeda ilustrator manga dan seniman komik Amerika.
Hasilnya?
Sebuah gaya visual yang memadukan anatomi realistik ala DC dengan ekspresi hiperaktif khas anime shounen.
Yang menarik, proyek ini juga menjadi pembuka bagi kerja sama kreatif lain, Rumor beredar bahwa Marvel Studios tengah menimbang proyek serupa dengan studio Jepang lain seperti MAPPA atau Studio Trigger, mengikuti kesuksesan ini Artinya, Suicide Squad ISEKAI bukan hanya serial, tapi gerbang baru era kolaborasi lintas budaya yang akan mengubah lanskap anime global.
Estetika dan Simbolisme Visual: Kegilaan Sebagai Bahasa Seni
Kekuatan anime ini bukan hanya pada cerita, tapi juga pada simbol-simbol visual yang tersebar di setiap adegan.
Misalnya, dunia isekai tempat Joker dan kawan-kawan terdampar disebut “Eclipsera”, dunia yang terjebak antara cahaya dan bayangan.
Nama ini sendiri adalah metafora tentang jiwa para karakter mereka bukan pahlawan, bukan penjahat, tapi entitas di antara keduanya.
Warna ungu mendominasi palet visual anime ini warna khas Joker yang melambangkan ambiguitas moral dan energi destruktif, Sementara Harley Quinn sering digambarkan dalam warna merah muda lembut dengan latar hitam, melambangkan cinta dan kegilaan yang saling beradu, Detail semacam ini membuat anime ini layak ditonton lebih dari sekali, Setiap simbol memiliki arti seperti kartu remi yang melayang di udara, bayangan kota yang berubah bentuk, atau pantulan senyum Joker di mata musuhnya, Semua itu bukan hiasan, tapi bagian dari bahasa visual yang menceritakan dunia batin tokohnya.
Adaptasi Karakter DC yang Lebih Manusiawi
Salah satu kekuatan besar dari Suicide Squad ISEKAI adalah keberhasilannya menormalkan karakter DC tanpa kehilangan identitas mereka.
Wit Studio mengubah tokoh-tokoh yang sebelumnya satu dimensi menjadi karakter yang punya perasaan, trauma, dan humor yang lebih “Jepang”.
Joker bukan sekadar monster tanpa empati; ia adalah cerminan orang yang menolak realitas karena terlalu sakit untuk menerimanya, Harley bukan lagi “pacar si penjahat”, melainkan simbol cinta yang bertahan bahkan dalam kehancuran total.
Sementara Deadshot mendapatkan kedalaman emosional perjuangan antara naluri bertahan hidup dan rasa bersalahnya terhadap masa lalu.
Pendekatan ini membuat Suicide Squad ISEKAI terasa lebih seperti anime dark fantasy psikologis ketimbang adaptasi superhero biasa, Ia punya getaran seperti Re:Zero, Chainsaw Man, atau Made in Abyss dunia fantasi, tapi penuh penderitaan dan absurditas yang indah.
Dengan karakter yang lebih hidup dan relatable, anime ini berhasil membangun koneksi emosional bahkan dengan penonton yang belum pernah menonton film Suicide Squad sekalipun.
Relevansi Budaya dan Efek Domino di Komunitas Global
Tak hanya sukses di kalangan penggemar anime, Suicide Squad ISEKAI juga menciptakan efek domino di dunia hiburan global, Media barat seperti Variety, IGN, dan The Verge menulis artikel khusus tentang bagaimana serial ini “menghidupkan kembali potensi DC melalui lensa Jepang.”
Konvensi anime di Los Angeles dan Tokyo dipenuhi merchandise, poster, dan bahkan panel khusus cosplay Joker versi isekai lengkap dengan jubah sihir dan tongkat bertanda kartu remi, Para penggemar menciptakan fanart yang memadukan gaya Gotham dengan dunia RPG Jepang. Bahkan muncul tren game roleplay di komunitas Discord yang mensimulasikan dunia “Eclipsera” versi mereka sendiri.
Di Indonesia sendiri, Suicide Squad ISEKAI jadi topik hangat di TikTok dan YouTube Shorts, Kreator lokal membahas teori liar tentang kemungkinan Harley menjadi protagonis sejati, atau bahwa dunia Eclipsera sebenarnya adalah manifestasi dari pikiran Joker yang terpecah, Ini menunjukkan satu hal penting: anime ini berhasil menginspirasi imajinasi global.
Teknologi dan Kualitas Produksi: Wit Studio Puncak Kreativitas
Secara teknis, Suicide Squad ISEKAI adalah demonstrasi teknologi animasi tingkat tinggi, Wit Studio menggunakan sistem hybrid rendering, memadukan 2D hand-drawn dengan 3D digital secara mulus, Adegan sihir dan pertarungan menampilkan efek partikel kompleks yang dikendalikan oleh AI internal studio teknologi yang dikembangkan setelah proyek Ranking of Kings.
Animasi wajah juga menjadi sorotan. Joker punya lebih dari 100 ekspresi berbeda, dari tawa lembut hingga teriakan menakutkan, Harley, dengan gestur tubuh yang elastis, digerakkan oleh motion capture aktris panggung Jepang.
Setiap detail kecil dibuat dengan niat untuk membawa penonton ke dalam dunia yang “hidup, bernafas, dan berbahaya.”
Tidak heran bila anime ini dikabarkan memiliki anggaran produksi tertinggi dalam sejarah adaptasi DC Jepang, bahkan melebihi Batman Ninja (2018).
Warner Bros. tampaknya benar-benar melihat Suicide Squad ISEKAI sebagai proyek strategis jangka panjang, bukan sekadar eksperimen satu musim.
Masa Depan Franchise: Menuju Multiverse Isekai DC
Bagian paling menarik dari semua rumor adalah bahwa Suicide Squad ISEKAI mungkin bukan akhir, melainkan awal dari “DC Multiverse Anime Project.”
Beberapa sumber di Anime News Network menyebutkan bahwa jika serial ini sukses secara global, Warner Bros, akan melanjutkan dengan spin-off bertajuk Batman: Shadow of Isekai dan Harley Quinn: Wonderland Arc.
Ini berarti Suicide Squad ISEKAI bisa membuka jalan bagi era baru adaptasi DC di Jepang, di mana setiap karakter mendapat versi anime dengan gaya dan tema unik, Bayangkan Superman yang bereinkarnasi sebagai ksatria cahaya, atau Wonder Woman menjadi dewi dunia magis konsep yang sebelumnya mustahil kini menjadi peluang nyata.
Bahkan para penggemar mulai membuat petisi agar Studio MAPPA atau Trigger ikut menangani proyek spin-off berikutnya, Jika tren ini berlanjut, kita mungkin akan melihat DC dan anime menjadi pasangan tetap di masa depan, menciptakan jembatan budaya baru yang menghapus batas timur dan barat.
Kesimpulan : Dunia Fantasi Butuh Sedikit Kegilaan
Suicide Squad ISEKAI adalah bukti bahwa industri anime masih punya ruang besar untuk bereksperimen dan bahwa kegilaan bisa menjadi bahan bakar kreativitas, Ia menggabungkan dua hal yang tampaknya tak bisa bersatu: dunia kelam Gotham dan pesona magis dunia isekai, Namun hasilnya bukan benturan, melainkan simfoni anarki yang memukau.
Suicide Squad ISEKAI bukan sekadar anime baru ini adalah simbol keberanian industri anime modern.
Proyek ini menunjukkan bahwa tidak ada batas antara budaya barat dan timur, antara komik Amerika dan fantasi Jepang, Ketika dua dunia itu bersatu, hasilnya bukan kekacauan tanpa arah, melainkan pesta visual dan naratif yang memabukkan.
Bagi penggemar DC, ini adalah cara baru menikmati karakter favorit mereka,
Bagi penggemar anime, ini adalah bukti bahwa isekai masih bisa berevolusi,
Dan bagi dunia hiburan global, ini adalah pengingat: bahkan dalam kegilaan Joker, ada kreativitas yang tak terbatas, Tahun 2025 akan menjadi milik Suicide Squad ISEKAI, Dan jika Joker bisa berbicara sekarang, ia mungkin akan tertawa terbahak-bahak dan berkata.
Wit Studio dan Warner Bros. Japan berhasil menghadirkan tontonan yang bukan hanya menghibur, tapi juga menantang batas persepsi penonton tentang apa itu adaptasi, Joker dan Harley kini bukan hanya karakter komik mereka adalah ikon lintas budaya yang hidup di semesta baru penuh imajinasi.
Dan di tengah segala absurditas itu, satu pesan sederhana terasa jelas:
“Tak peduli dunia mana kau datangi, kekacauan akan selalu menemukan caranya untuk tertawa.”
Dengan visual megah, musik intens, dan filosofi aneh tapi bermakna, Suicide Squad ISEKAI akan dikenang sebagai salah satu anime paling unik tahun 2025 bukan karena ia sempurna, tapi karena ia berani menjadi gila.
“Dunia fantasi ini terlalu normal. Ayo kita buat sedikit… gila.”
